corat-coret
Jumat, 07 November 2008
  Kemenangan Obama Akhiri Tradisi White Anglo-Saxon Protestant
Catat Rekor Suara, Guncang Huruf W

Melalui pemilu, Selasa (4/11/08), rakyat Amerika memberikan mandat kepada Barack Obama untuk jadi presiden periode 2009-2013. Dengan terpilihnya Obama, rakyat Amerika mengakhiri hukum besi atau tradisi lama di sana bahwa hanya warga yang berciri khas WASP (White Anglo-Saxon Protestant) yang menjadi presiden.

Memang pernah ada perkecualian, yaitu saat John F. Kennedy yang beragama Katolik menang Pemilu 1960. Tapi, kemenangan Obama lebih dahsyat karena dua hal. Pertama, karena kemenangan Obama mengguncang kategori atau huruf pertama (W), sementara Kennedy mengguncang kategori atau huruf terakhir (P) dari WASP itu.

Kedua, suara Obama amat meyakinkan dan rekor baru. Angka sementara saja sudah 349 electorate college, jauh melebihi John McCain (147), dan jauh melebihi perolehan George Bush yang tak pernah lebih dari angka 286.

Tiga pelajaran bisa kita ambil dari pilihan rakyat Amerika atas Obama itu. Pertama, rakyat Amerika menyampaikan pesan jelas kepada dunia bahwa harus ada perubahan politik luar negeri.

Kedua, rakyat Amerika bergerak maju, dengan tidak lagi menerima rezim pemikiran WASP sebagai nilai tertinggi di Amerika, tetapi menjelmakan ide persamaan dan antidiskriminasi.

Ketiga, gerak maju dan makin dewasa itu dimungkinkan karena rakyat Amerika menganut sistem politik demokrasi. Dengan dan dalam sistem demokrasi, rakyat bisa berdialog dan saling menguji ide dan pemikiran secara terbuka dan beradab untuk menemukan keinginan umum (general will) atau kebaikan publik (public good).

Vox Dei

Rakyat adalah sumber kebijakan. Suara Rakyat Suara Tuhan (Vox Populi Vox Dei). Pilihan rakyat Amerika itu sebenarnya adalah mandat dari rakyat kepada Obama untuk mengubah kebijakan dan politik luar negerinya. Rakyat di sana tidak mau negaranya terus-menerus menduduki Iraq dan menginginkan pasukannya segera keluar dari sana.

Rakyat tidak mau pemerintahnya terus-menerus mengambil sikap unilateral dan mengabaikan diplomasi, tetapi menginginkan kerja sama internasional (multilateral) dan menggunakan soft power lebih banyak daripada hard power.

Rakyat menghendaki pemerintahnya berdialog dan berkomunikasi dengan para pemimpin negara lain, termasuk dengan pemimpin negara-negara yang dianggap sulit dan bermusuhan.

Kemenangan Obama juga menunjukkan bahwa rakyat Amerika menjadi semakin dewasa. Nilai persamaan di segala bidang, termasuk di bidang politik, benar-benar menjadi nilai yang menjadi nyata.

Di mana pun, termasuk di sini, ada nilai-nilai ideal yang diakui. Tetapi, nilai-nilai ideal itu tidak akan berarti apa-apa kalau tidak dilaksanakan dalam kehidupan nyata.

Terpilihnya Obama memberikan bukti kepada masyarakat majemuk bahwa multikulturalisme adalah jawaban terbaik untuk masyarakat yang majemuk dan harus diperjuangkan. Rakyat Amerika mendarahdagingkan mimpi atau nilai ''siapa pun boleh dan bisa menggapai cita-citanya, asal mau dan mampu." Yang menentukan terwujudnya mimpi itu adalah kesiapan dan kemampuan diri, bukan warna kulit, agama, etnis, asal-usul genetika, gender, dan ciri-ciri demografis lainnya. Atau, alasan kulit, etnis, asal-usul, dan gender tidak boleh menentukan secara diskriminatif seorang Amerika untuk mewujudkan mimpinya.

Obama dipilih karena dia dianggap lebih mampu memimpin rakyat dan bangsa Amerika daripada calon-calon yang lain. Ide itu sudah menjadi praktis dan mengidepraksiskan sesuatu itu hanya bisa dilakukan oleh orang atau masyarakat yang dewasa.

Keunggulan Demokrasi

''Jika masih ada orang di luar sana yang meragukan bahwa Amerika adalah tempat di mana semua hal mungkin; yang� masih mempertanyakan kekuatan demokrasi Amerika, malam ini adalah jawaban Anda,'' kata Obama.Rakyat Amerika bisa berproses menjadi semakin dewasa karena sistem politik demokrasi memang memberikan peluang dan menjadi wadah yang tepat untuk proses itu. Dalam proses politik demokrasi, berlangsung uji dan persaingan gagasan serta argumentasi yang terbuka dan sehat. Dalam sistem demokrasi, nilai-nilai yang terbaik diperjuangkan dan diuji bersama-sama melalui adu argumentasi secara terbuka.

Dengan proses rekrutmen pemimpin melalui nominasi partai dan persaingan antarpartai, rakyat bisa menilai secara beradab dan saksama calon-calon presidennya. Walaupun proses itu berlangsung begitu lama, melelahkan, dan mungkin mahal, namun dibandingkan dengan sistem-sistem politik lainnya, sistem politik demokrasi ternyata lebih unggul dalam memelihara sumber kebijakan.

Kita di sini sudah memutuskan untuk menegakkan sistem demokrasi. Dengan demokrasi, maka nilai-nilai kebaikan bagi masyarakat dan bangsa ditawarkan serta diuji secara terbuka dan bermartabat. Bukan dengan cara tertutup dan berdarah-darah. Kita percaya bahwa dengan demokrasi, maka perkembangan masyarakat akan berjalan sehat dan bijaksana. Artinya, dengan demokrasi, akan tercapai kebijaksanaan masyarakat atau kebaikan umum atau kehendak umum.

Tulisan ini dibuat oleh: I Basis Susilo MA , dekan dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga, mengajar mata pelajaran Sistem Politik Amerika di Jurusan Hubungan Internasional (HI)

Sumber: http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=33990

 
Komentar: Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]





<< Beranda

Arsip
November 2008 /


Powered by Blogger

Berlangganan
Postingan [Atom]